Selasa, 04 Januari 2011

Ibnu Sina


BAB  I
PENDAHULUAN


            Objek filsafat adalah menelaah hakikat tentang Tuhan, tentang manusia dan tentang segala realitas yang nampak di hadapan manusia. Persoalan-persoalan tersebut membentuk ilmu fisika dan dari sini kita meningkat kepada ilmu yang lebih umum ialah ilmu metafisika, yang membahas tentang wujud pada umumnya, tentang sebab wujud, tentang sifat zat yang mengadakan. Dari sini kita bisa menjawab pertanyaan: Apakah alam semesta ini wujud dengan sendirinya ataukah ia mempunyai sebab yang tidak nampak.
Dengan demikian filsafat mencakup seluruh benda dan semua yang hidup yakni pengetahuan terhadap sebab-sebab yang jauh yang tidak perlu lagi dicari sesudahnya. Filsafat berusaha untuk menafsirkan hidup itu sendiri yang menjadi sebab pokok bagi partikel-partikel itu beserta fungsi-fungsinya. Cakupan filsafat Islam tidak jauh berbeda dari objek filsafat ini. Hanya dalam proses pencarian itu Filsafat Islam telah diwarnai oleh nilai-nilai yang Islami. Kebebasan pola pikirannya pun digantungkan nilai etis yakni sebuah ketergantungan yang didasarkan pada kebenaran ajaran ialah Islam.
Dalam hal ini, pada halaman berikutnya penulis akan membahas pemikiran Ibnu Sina tentang Filsafat. Dalam sejarah pemikiran filsafat abad pertengahan, sosok Ibnu Sina dalam banyak hal unik, sedang diantara para filosof muslim ia tidak hanya unik, tapi juga memperoleh penghargaan yang semakin tinggi hingga masa modern. Ia adalah satu - satunya filosof besar Islam yang telah berhasil membangun sistem filsafat yang lengkap dan terperinci, suatu sistem yang telah mendominasi tradisi filsafat muslim beberapa abad.
Pengaruh ini terwujud bukan hanya karena ia memiliki sistem, tetapi karena sistem yang ia miliki itu menampakkan keasliannya yang menunjukkan jenis jiwa yang jenius dalam menemukan metode - metode dan alasan - alasan yang diperlukan untuk merumuskan kembali pemikiran rasional murni dan tradisi intelektual Hellenisme yang ia warisi dan lebih jauh lagi dalam sistem keagamaan Islam


BAB II
PEMBAHASAN

IBNU SINA
  1. Riwayat Hidup Ibnu Sina

1.             Nasab dan keturunannya
Nama lengkapnya Abu Ali Al-Husain bin Abdullah bin al- Hasan bin Ali bin Sina.  Ia dilahirkan di desa afsyanah, dekat Bukhara tahun  370 H.(980 M). Ayahnya berasal dari kota Balakh kemudian pindah ke Bukhara pada masa raja Nuh bin Manshur, ayahnya diangkat raja Nuh bin Manshur menjadi penguasa kota kharmaintsan, satu kota dari daerah bukhara. Disini ia kawin dengan seorang wanita yang tidak berapa jauh dari kota Kharmaitsan yang bernama Sattarah dan mandapatkan 3 orang anak, yaitu : Ali, Husain dan Muhammad, berarti Ibnu Sina anak kedua.[1]

2.             Pendidikan Ibnu Sina dan Karya-karyanya
Ibnu Sina telah hafal Al-qur’an pada usianya yang ke sepuluh tahun, dia belajar Fiqh dan Ilmu Syari’at Islam, kemudian berguru kepada Abu Abdullah An-Naqili dan belajar kitab “Isaghuji” dan ilmu logika dan berbagai kegiatan Euklides dalam bidang Matematika. Setelah itu dia belajar berbagai kegiatan Euklides dalam bidang matematika hingga dia berhasil mennguasai buku “ Almagest” karangan Ptolemaeus serta menguasai ilmu alam dan teologi. Dia lalu mulai memperlajari ilmu kedokteran  kepada gurunya, Abu Manshur Al-Qamari, penulis “kitab Al-Hayat Wa Al-Maut”dan Abu Sahal Isa bin Yahya Al-Jurjani, penulis ensiklopedia kedokteran yang dikenal dengan nama “ Al-Kitab Al-Mi’ah Fi Shinan’atith Thib”. Ibnu Sina mendapatkan kemajuan dalam ilmu pengetahuan yang dipelajarinya ketika dia diundang oleh pangeran Nuh Ats-Tsani-As-Sammani.[2]
Sesudah itu ia mempelajari ilmu kedokteran pada Isa bin Yahya, seorang Masehi. Belum lagi usianya melebihi enam belas tahun, kemahirannya dalam ilmu kedokteran sudah dikenal orang, bahkan banyak orang yang berdatangan untuk berguru kepadanya. Ia tidak cukup dengan teori - teori kedokteran, tetapi juga melakukan praktek dan mengobati orang - orang sakit.[3]
Dalam bidang materia medeica, Ibnu Sina telah banyak menemukan bahan nabati baru Zanthoxyllum budrunga - dimana tumbuh - tumbuhan banyak membantu terhadap beberapa penyakit tertentu seperti radang selaput otak (miningitis).Ibnu Sina pula sebagai orang pertama yang menemukan peredaran darah manusia, dimana enam ratus tahun kemudian disempurnakan oleh William Harvey. Dia pulalah yang pertama kali mengatakan bahwa bayi selama  masih dalam kandungan mengambil makanannya lewat tali pusarnya.
Dia jugalah yang mula-mula mempraktekkan pembedahan penyakit - penyakit bengkak yang ganas, dan menjahitnya. Dan last but not list dia juga terkenal sebagai dokter ahli jiwa dengan cara - cara modern yang kini disebut psikoterapi.
Di bidang filsafat, Ibnu Sina dianggap sebagai imam para filosof di masanya, bahkan sebelum dan sesudahnya. Ibnu Sina otodidak dan genius orisinil yang bukan hanya dunia Islam menyanjungnya ia memang merupakan satu bintang gemerlapan memancarkan cahaya sendiri, Selain kepandaiannya sebagai filosof dan dokter, iapun penyair. Ilmu-ilmu pengetahuan seperti ilmu jiwa, kedokteran dan kimia ada yang ditulisnya dalam bentuk syair. Begitu pula didapati buku - buku yang dikarangnya untuk ilmu logika dengan syair.
Dalam dunia Islam kitab-kitab Ibnu Sina terkenal, bukan saja karena kepadatan ilmunya, akan tetapi karena bahasanya yang baik dan caranya menulis sangat terang. Selain menulis dalam bahasa Arab, Ibnu Sina juga menulis dalam bahasa Persia. Buku - bukunya dalam bahasa Persia, telah diterbitkan di Teheran dalam tahun 1954.
Karya - karya Ibnu Sina yang ternama dalam lapangan Filsafat adalah As-Shifa, An-Najat dan Al Isyarat. An-Najat adalah resume dari kitab As-Shifa. Al-Isyarat, dikarangkannya kemudian, untuk ilmu tasawuf. Selain dari pada itu, ia banyak menulis karangan - karangan pendek yang dinamakan Maqallah. Kebanyakan maqallah ini ditulis ketika ia memperoleh inspirasi dalam sesuatu bentuk baru dan segera dikarangnya. [4] Diantara karangan – karangan Ibnu Sina adalah :
1.       As- Syifa’ (The Book of Recovery or The Book of Remedy)= Buku tentang Penemuan, atau Buku tentang Penyembuhan). Buku ini dikenal di dalam bahasa Latin dengan nama Sanatio, atau Sufficienta. Seluruh buku ini terdiri atas 18 jilid, naskah selengkapnya sekarang ini tersimpan di Oxford University London. Mulai ditulis pada usia 22 tahun (1022 M) dan berakhir pada tahun wafatnya (1037 M). Isinya terbagi atas 4 bagian, yaitu :
a.         Logika (termasuk didalamnya terorika dan syair) meliputi dasar karangan Aristoteles tentang logika dengan dimasukkan segala materi dari penulis - penulis Yunani kemudiannya.
b.        Fisika (termasuk psichologi, pertanian, dan hewan). Bagian - bagian Fisika meliputi kosmologi, meteorologi, udara, waktu, kekosongan dan gambaran).
c.         Matematika. Bagian matematika mengandung pandangan yang berpusat dari elemen -elemen Euclid, garis besar dari Almagest-nya Ptolemy, dan ikhtisar - ikhtisar tentang aritmetika dan ilmu musik.
d.        Metafisika. Bagian filsafat, pokok pikiran Ibnu Sina menggabungkan pendapat Aristoteles dengan elemen-elemennya Neo Platonic dan menyusun dasar percobaan untuk menyesuaikan ide-ide Yunani dengan kepercayaan - kepercayaan.
2.      Nafat, buku ini adalah ringkasan dari buku As-Syifa’.
3.      Qanun, buku ini adalah buku lmu kedokteran, dijadikan buku pokok pada Universitas Montpellier (Perancis) dan Universitas Lourain (Belgia).
4.      Sadidiyya. Buku ilmu kedokteran.
5.      Al-Musiqa. Buku tentang musik.
6.       Al-Mantiq, diuntukkan buat Abul Hasan Sahli.
7.      Qamus el Arabi, terdiri atas lima jilid.Danesh Namesh. Buku filsafat.
8.      Danesh Nameh. Buku filsafat.
9.      Uyun-ul Hikmah. Buku filsafat terdiri atas 10 jilid.
10.  Mujiz, kabir wa Shaghir. Sebuah buku yang menerangkan tentang dasar - dasar ilmu logika secara lengkap.
11.  Hikmah el Masyriqiyyin. Falsafah Timur (Britanica Encyclopedia vol II, hal. 915 menyebutkan kemungkinan besar buku ini telah hilang)
12.  Al-Inshaf. Buku tentang Keadilan Sejati.
13.  Al-Hudud. Berisikan istilah - istilah dan pengertian - pengertian yang dipakai didalam ilmu filsafat
14.   Al-Isyarat wat Tanbiehat. Buku ini lebih banyak membicarakan dalil - dalil dan peringatan - peringatan yang mengenai prinsip Ketuhanan dan Keagamaan.
15.  An-Najah, (buku tentang kebahagiaan Jiwa) [5]
16.  dan sebagainya .
  1. Pemikiran Filsafat Ibnu Sina

1.      Penciptaan Alam
Beliau berusaha mentaufiqkan (menyesuaikan) antara pikiran manusia dengan wahyu (antara filsafat dengan agama). Dalam kejadian alam, ibnu sina menjaga agar jangan langsung Tuhan menciptakan alam yang kotor ini, agar terpelihara kesuciannya, sebab itu dipakailah perantara dengan akal-akal langit yaitu makhluk yang bersifat materi atau malaikat dalam ajaran Islam. Ibnu Sina mempertahankan ajaran Neo-Platonisme tentang emanasi dari emoat tingkatannya yaitu : Tuhan, Nous, Jiwa, Alam dan Materi.

Terjadinya alam ini menurut beliau dengan cara melimpah seperti limpahan cahaya matahari tanpa mengurangi dirinya sendiri dan sudah menjadi tabi’atnya. Adapaun tentang apa yang melimpah, Ibnu Sina mengikuti pemikiran Al-Farabi sebelumnya tentang akal sepuluk dan Falak sembilan.[6]

2.      Mengenai Jiwa
Sekalipun Ibnu Sina terpengaruh kepada ajaran Aristoteles tetapi tidak semuanya disetujui, diantaranya mengenai keabadian alam dan kehancuran jiwa. Aristoteles menjadikan roh/jiwa sebagai shurah(bentuk,form)bagi jasad (materi,maddah) artinya jiwa itu adalah shurah bagi jisim yang hidup, jiwa ada dengan sebab adanya jisim dan binasa dengan sebab  binasanya jisim karena antara keduanya tidak dapat dipisahkan berdiri sendiri.
Ibnu Sina berpendapat bahwa :jiwa adalah jauhar yang berdiri sendiri dengan zatnya, bebas dari jasad dan berlainan dengan jasad. Ia mengikuti pedapat Aristoteles yang mengatakan baharunya jiwa. Ibnu Sina berkata : Sesungguhnya jiwa shurah/bentuk bagi jasad.
Mengenai adanya jiwa ia buktikan dengan berbagai macam dalil, berdasarkan alam dan berdasarkan akal, tetapi itupun tidak terlepas dari pengaruh filolof-filosof Yunani. Menurut beliau manusia terdiri dari dua unsur, yaitu jasmani dan rohani hubungan keduanya bersifat aksidental bukan essensial(jauhari), kebalikan dari apa yang dikatakan Aristoteles. Selanjutnya Ibnu Sina mengatakan bahwa jiwa terbagi kepada tiga jenis :
a.         Al-Nafsu Al-Nabatiah (jiwa tumbuh-tumbuhan) yaitu kesempurnaan pertama bagi jisim alami yang organis untuk mengembangkan keturunan, bertumbuh dan untuk makan.
b.         Al-Nafsu Al-Hayawaniyah ( jiwa hewan) yaitu : Kesempurnaan pertama bagi jisim alami yang organis untuk mengetahui yang juz’i (bagian-bagian, juzu’ dari alam dan berkehendak dengan kehendaknya sendiri.
c.         An-Nafsu al-Insaniyah (jiwa manusia) yaitu : Kesempurnaan pertama bagi jisim alami yang organis untuk menggunakan alam sesuai dengan ikhtiar pikirannya, mengambil istimbat dengan pikirannya untuk mengetahui hal-hal yang kulli(umum dan abstrak).
Jiwa manusia lebih tinggi derajatnya, jiwa hewan lebih tinggi dari jiwa tumbuh-tumbuhan karena ia dapat berpindah dari tempatnya untuk mencari makanannya. Selanjutnya jiwa manusia lebih tinggi dari jiwa hewan karena ia dapat memahami hal-hal yang umum dan abstrak sedangkan hewan tidak ada sama sekali. [7]

3.      Pengaruh Bintang-bintang  dan Falak Kepada Manusia
Ibnu Sina banyak dipengaruhi  filsafat Yunani dan filsuf-filsuf islam sebelumnya, ia jelas mengambil dari Al-Farabi dan Neo-Platonisme. Al-Kindi terpengaruh kepada filsuf-filsuf Yunani lalu bercampur dengan pendapat para ahli bintang-bintang dan falak, besar pengaruhnya terhadap dunia dan manusia.
Mengenai astrologi Ibnu Sina mendapat perngaruh dari Al-kindi, ini jelas terdapat dalam pikiran Ibnu Sina. T.J. De Boer mengatakan bahwa pendapat Ibnu Sina mengenai manusia dualisme yaitu manusia terdiri dari jasad dan jiwa(roh) tidak ada hubungan antara jasad dan jiwa pada hakikatnya sebagaimana jisim-jisim seluruhnya terjadi dari percampuran unsur-unsur dengan perbuatan bintang. Maka jisim manusia terdiri dari itu juga, tetapi dengan percampuran yang seimbang.

4.      Wujud
Wujud terbagi kepada dua bagian yaitu :
a.         Wajibul Wujud yaitu wujud yang wajib ada, mustahil tidak ada.
b.        Mumkinul Wujud yaitu wujud yang mungkin ada, mungkin tidak ada. Kedua-dua kemungkinan ini tidak mustahil.
Wajibul wujud terbagi kepada dua bagian yaitu :
a.         Wajibul wujud bi zatih yaitu wujud yang ada dengan zatnya. Wujud yang seperti ini hanya satu yaitu wujud Allah.
b.        Wajibul wujud bi ghairih yaitu wujud yang wajib ada dengan sebab diciptakan oleh wujud yang berada di luar zatnya. Wujud ini disebut “alam” atau “makhluk”.
Dengan kata lain dapat dikatakan, wujud ada mempunyai sebab tentang adanya dan ada yang tidak mempunyai sebab. Wujud yang tidak mempunyai seba tentang adanya yaitu wujud Allah, sedangkan wujud yang mempunyai sebab adalah alam. Adapun sebab adanya alam adalah diciptakan illat pertama yang berada di luar dzatnya yaitu Allah.[8]

5.      Filsafat Wahyu dan Kenabian
 Pentingnya gejala kenabian dan wahyu ilahi merupakan sesuatu yang oleh Ibnu Sina telah diusahakan untuk dibangun dalam empat tingkatan : intelektual, “imajinatif”, keajaiban, dan sosio politis. Totalitas keempat tingkatan ini memberi kita petunjuk yang jelas tentang motivasi, watak dan arah pemikiran keagamaan.
Akal manusia terdiri empat macam yaitu akal materil, akal  intelektual, akal aktuil, dan akal mustafad. Dari keempat akal tersebut tingkatan akal yang terendah adalah akal materiil. Ada kalanya Tuhan menganugerahkan kepada manusia akal materiil yang besar lagi kuat, yang Ibnu Sina diberi nama al hads yaitu intuisi. Daya yang ada pada akal materiil semua ini begitu besarnya, sehingga tanpa melalui latihan dengan mudah dapat berhubungan dengan akal aktif dan dengan mudah dapat menerima cahaya atau wahyu dari Tuhan. Akal serupa ini mempunyai daya suci. Inilah bentuk akal tertinggi yang dapat diperoleh manusia dan terdapat hanya pada nabi – nabi.[9]










BAB  III
PENUTUP/ KESIMPULAN

       Ibnu Sina memiliki pemikiran keagamaan yang mendalam. Pemahamannya mempengaruhi pandangan filsafatnya. Ketajaman pemikirannya dan kedalaman keyakinan keagamaannya secara simultan mewarnai alam pikirannya. Ibnu Rusyd menyebutnya sebagai seorang yang agamis dalam berfilsafat, sementara al-Ghazali menjulukinya sebagai Filsuf yang terlalu banyak berfikir.
¨     Menurut Ibnu Sina bahwa alam ini diciptakan dengan jalan emanasi (memancar dari Tuhan). Tuhan adalah wujud pertama yang immateri dan dariNyalah memancar segala yang ada.
¨     Tuhan adalah wajibul wujud (jika tidak ada menimbulkan mustahil), beda dengan mumkinul wujud (jika tidak ada atau ada menimbulkan tidak mujstahil). 
¨     Pemikiran Ibnu Sina tentang kenabian menjelaskan bahwa nabilah manusia yang paling unggul, lebih unggul dari filosof karena nabi memiliki akal aktual yang sempurna tanpa latihan atau studi keras, sedangkan filosof mendapatkannya dengan usaha dan susah payah.











DAFTAR  PUSTAKA



1.       Daod,dkk, Pengantar Filsafat Islam Proyek Pembinaan Perguruan Tiggi Agama IAIN Ar-Raniry Banda Aceh,1982/1983.

2.       Gharib Gaudah,Muhammad, Abaqirah Ulama’ Al-Hadharah wa Al-Islamiyah/147 Ilmuan   Terkemuka dalam dalam sejarah Islam,terj,Pustaka Al-Kautsar,Jakarta, 2007.

3.      http://nurulwatoni.tripod.com/FILSAFAT_IBNU_SINA.htm











[1]  Drs. Daod Remantan,dkk, Pengantar Filsafat Islam (Banda Aceh : Proyek Pembinaan Perguruan Tiggi Agama IAIN Ar-Raniry,1982/1983), hal.70.
[2]  Muhammad Gharib Gaudah, Abaqirah Ulama’ Al-Hadharah wa Al-Islamiyah/147 Ilmuan Terkemuka dalam dalam sejarah Islam,terj( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2007),hal.277-278
[6]  Op,cit. hal.72
[7]  Drs. Daod Remantan,dkk,  Pengantar Filsafat...,hal.74
[8]  Drs. Daod Remantan,dkk,  Pengantar Filsafat...,hal. 75

Tidak ada komentar:

Posting Komentar